Saturday 7 July 2012

Berbagi waktu di dapur saat bulan ramadhan

BERBAGI WAKTU DI DAPUR SAAT BULAN RAMADHAN

Bulan Ramadan sudah di depan mata. Pada bulan suci ini, sejatinya kaum Muslimin memanfaatkan waktu untuk melakukan kegiatan yang bernilai ibadah dan lebih mendekatkan di pada yang Maha Kuasa. Untuk itu diperlukan ketrampilan untuk mengatur waktu selama bulan Ramadan, termasuk bagi para ibu agar tidak terlalu lama menghabiskan waktu di dapur hanya untuk menyiapkan santapan berbuka dan sahur selama bulan Ramadan.

Nah, bagaimana caranya untuk memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin, memasak dengan cepat tanpa harus mengorbankan rasa maupun menu masakan yang akan menambah kenikmatan keuarga saat santap sahur dan berbuka. Saran-saran berikut mungkin bisa membantu Anda;

  • Buatlah daftar menu untuk berbuka selama bulan Ramadan.
Menyiapkan daftar menu makanan selama bulan Ramadan bisa menghemat waktu dan memudahkan kita untuk membeli bahan-bahan apa saja yang dibutuhkan beberapa hari sebelum Ramadan. Selain itu, kita tidak lagi dipusingkan untuk memikirkan menu apa yang akan disajikaan setiap hari di bulan Ramadan.

  • Beli apa yang bisa dibeli dari sekarang dalam jumlah yang cukup
Misalnya, bumbu-bumbu, makanan kering, susu, gula dan kebutuhan memasak lainnya, termasuk perlengkapan dapur seperti sabun pencuci piring, spon pencuci piring, serbet, tissue, plastik tempat sampah yang ramah lingkungan, juga peralatan dapur jika diperlukan seperti pisau dan lain-lain. Beli kebutuhan dalam jumlah yang kira-kira dibutuhkan selama satu bulan Ramadan. Ini untuk menghindari kita membuang waktu pergi ke swalayan hanya untuk membeli barang-barang kecil. Selain itu, persediaan makanan yang cukup juga untuk antisipasi jika kita kedatangan tamu mendadak atau merencanakan buka puasa bersama.

  • Persiapkan kebutuhan-kebutuhan dasar untuk membuat masakan
Misalnya, wortel, bawang, daun seledri untuk membuat sup sehingga kita bisa memasak dengan cepat karena semua sudah tersedia. Usai sahur, merupakan waktu yang baik untuk menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasak untuk santapan berbuka nanti malam.

  • Tetap menjaga kebersihan saat memasak
Para juru masak atau chef dididik untuk disiplin dan tetap bersih demi efisiensi waktu. Usai berbuka, kita butuh waktu yang cukup panjang untuk menunaikan salat tarawih. Jadi sayang sekali kalau waktu kita tersita karena setelah lelah memasak, kita juga harus menyediakan waktu untuk membersihkan kotoran yang berserakan di dapur atau mencuci peralatan dapur yang digunakan saat memasak. Ada baiknya, sambil memasak kita membiasakan diri untuk langsung remah-remah bahan masakan ke tempat sampah dan langsung mencuci semua perabotan bekas memasak.

  • Jadikan dapur senyaman mungkin saat memasak
Kita bisa membuka jendela dapur atau menyalakan kipas angin di ventilasi udara agar udara dalam dapur tidak panas dan udara segar bisa masuk. Ini untuk menghindari agar kita tidak kepanasan sehingga kekurangan cairan dan tidak merasa kehausan karena udara panas dalam dapur.

  • Jangan Lapar Mata
Kadang saat bulan Ramadan, kita tergoda untuk memasak beragam masakan dan dalam jumlah banyak. Padahal nafsu karena kita melihat berbagai bahan makanan mungkin tidak sebesar kemampuan perut kita untuk menampung makanan, alias cuma lapar mata. Sebaiknya, menu makanan tidak terlalu banyak dan masak makanan secukupnya, jika ada sisanya lebih baik disimpan dan mungkin bisa digunakan untuk masakan santap sahur atau bisa menjadi campuran di menu masakan lain keesokan harinya.

  • Siapkan santapan untuk sahur lebih awal
Menyiapkan santap sahur pada malam hari lebih baik untuk mengantisipasi jika kita tidak punya cukup waktu untuk memasak saat sahur, misalnya bangun menjelang waktu imsak. Keuntungannya jika santap sahur di masak malam hari, saat sahur tiba kita tinggal memanaskan masakan sehingga santapan sahur yang tersedia tetap bermutu, sehat dan nikmat disantap karena sudah disiapkan sedemikian rupa.

  • Gunakan waktu dengan bijak
Apakah kita memasak sendiri atau bersama keluarga, jangan terlalu banyak menyita waktu saat memasak. Sediakan lebih banyak waktu untuk melakukan hal-hal yang produktif dan bernilai pahala, misalnya membaca Quran, menghapal surat-surat Al-Quran, mengajarkan hadis-hadis pendek pada anak-anak, dan kegiatan bermanfaat lainnya.

  • Berbagi tugas dengan anggota keluarga
Usahakan melibatkan seluruh keluarga saat menyiapkan makanan untuk berbuka atau sahur. Entah itu menata meja, menyiapkan makanan di wadahnya, sehingga tidak harus kita sendiri yang melakukan semuanya yang menyita waktu dan energi.

Selalu berdoa untuk keberkahan untuk setiap aktivitas yang dilakukan, termasuk kegiatan memasak sehingga Ramadan menjadi bulan yang benar-benar istimewa dan kita mendapatkan banyak pahala dari Allah Swt. Semuanya tergantung bagaimana kita mengatur waktu agar tak terbuang sia-sia.

Sunday 1 July 2012

Metode pendidikan kesehatan

METODE PENDIDIKAN KESEHATAN

Penyampaian pendidikan kesehatan harus menggunakan cara tertentu, materi juga harus disesuaikan dengan sasaran, demikian juga alat bantu pendidikan disesuaikan agar dicapai suatu hasil yang optimal. Untuk sasaran kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya.

  • Metode pendidikan individual.
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual ini digunakan untuk membina perilaku baru, atau seseorang yang telah mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.

Bentuk pendekatan antara lain:

Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling)

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek, dan dibantu penyelesaiannya.

Interview (wawancara)

Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

  • Metode pendidikan kelompok
Dalam memilih pendidikan kelompok, harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan lain dengan kelompok kecil. Efektivitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran pendidikan.

Kelompok besar: penyuluhan lebih dari 15 orang, dengan metode antara lain (a) Ceramah: metode yang baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. (b) Seminar : metode ini sangat cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli dari beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat dmasyarakat.

Kelompok kecil: apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang. Metode-metode yang cocok yaitu diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), bola salju (snow balling), kelompok kecil-kecil (bruzz group), role play (memainkan peranan) dan permainan simulasi (simulation game)

  • Metode pendidikan massa (public)
Metode pendidikan (pendekatan) massa untuk mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public, maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Tanpa membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social, tingkat pendidikan dan sebagainya.

Pada umumnya bentuk pendekatan (cara) massa ini tidak langsung. Biasanya mengguanakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode antara lain ceramah umum (public spesking), pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik tv maupun radio, simulasi, tulisan-tulisan di majalah atau Koran dan bill board yang di pasang di pnggir jalan, spanduk poster dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2005)

Penggunaan alat bantu atau media

Media pendidikan pada hakikatnya adalah alat bantu pendidikan, alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalm menyampaikan bahan pendidikan/pengajaran. Disebut media pendidikan kesehatan karena alat- alat tersebut merupakan saluran (channel) untuk menyampaikan informasi kesehatan dan karena alat-alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat dan klien (Notoatmodjo, 2003).

Salah satu tujuan menggunakan alat bantu yaitu menimbulkan minat, mencapai sasaran yang banyak, merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima kepada orang lain, untuk mempermudah penyampaian, penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan, mendorong keinginan orang untuk mengetahui dan menegakkan pengertian yang diperoleh (Notoatmodjo, 2003).

Menurut para ahli, indera indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan ke dalam otak adalah mata. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh disalurkan melalui mata. Sedangkan 13% sampai 25% lainnya tersalur melalui indera lain. Dari sini dapat disimpulkan bahwa alat-alat visual lebih mempermudah cara penyampaian dan penerimaan informasi atau bahan pendidikan (Notoatmodjo, 2003).

Pada garis besarnya hanya ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat peraga), antara lain:
Alat bantu melihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan)pada waktu terjadinya pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk. (1) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip dan sebagainya. (2) Alat-alat yang tidak diproyeksikan: (a) Dua dimensi, gambar peta, bagan dan sebagainya. (b) Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka dan sebagainya.

Alat-alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat dapat membantu untuk menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, pita suara dan sebagainya.

Alat bantu lihat-dengar, seperti televise dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA) (Notoatmodjo, 2003).

Tujuan pendidikan kesehatan

TUJUAN PENDIDIKAN KESEHATAN

Tujuan pendidikan kesehatan merupakan domain yang akan dituju dari pendidikan kesehatan. Pendidikan kesehatan memiliki beberapa tujuan antara lain pertama, tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta peran aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yag optimal. Kedua, terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental dan social sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian. Ketiga, menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan (Effendy, 1997).

Tujuan utama pendidikan kesehatan adalah agar orang mampu menerapkan masalah dan kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami apa yang dapat mereka lakukan terhadap masalahnya, dengan sumber daya yang ada pada mereka ditambah dengan dukungan dari luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang tepat guna untuk meningkatkan taraf hidup sehat dan kesejahteraan masyarakat (Mubarak, 2009).

Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan WHO, tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun social, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Mubarak, 2009).

Jadi tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk memperoleh pengetahuan dan pemahaman pentingnya kesehatan untuk tercapainya perilaku kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial, sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial.